Mentuhankan Ulama / Pimpinan Mereka
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. “ [At Taubah:31]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/07/16/bahaya-taqlid-membebek-dan-fanatisme-golongan-ashobiyyah/
Mereka menganggap Ulama dan pimpinan mereka bebas dari kesalahan. Padahal Nabi yang maksum saja seperti Nabi Adam masih bisa berbuat salah seperti memakan buah khuldi. Namun para Nabi Maksum (bebas dari dosa) karena begitu salah, mereka langsung mengakui kesalahannya dan bertobat. Nah kelompok munafik ini sama sekali meresa tidak pernah melakukan kesalahan.
Memecah Belah Islam dan Fanatik Golongan / Ashobiyyah
Mereka menganggap kelompok merekalah yang paling baik. Paling Islam. Paling Nyunnah. Paling Suci, dsb. Mereka merendahkan ummat Islam lainnya. Tak jarang jika bertentangan soal politik, mereka fitnah Muslim lain sebagai Munafik, Kafir, Musuh Allah, Musuh Islam, dsb. Tak peduli Ulama Al Azhar sekalipun bisa mereka lecehkan.
Ka’ab bin ‘Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.” (HR. Ahmad)
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya, bukan Islam), maka dia masuk neraka.
Dalam Islam dilarang ashobiyah/fanatisme kelompok dan membangga-banggakan kelompoknya karena Islam itu adalah satu.
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. “ [At Taubah:31]
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2009/07/16/bahaya-taqlid-membebek-dan-fanatisme-golongan-ashobiyyah/
Mereka menganggap Ulama dan pimpinan mereka bebas dari kesalahan. Padahal Nabi yang maksum saja seperti Nabi Adam masih bisa berbuat salah seperti memakan buah khuldi. Namun para Nabi Maksum (bebas dari dosa) karena begitu salah, mereka langsung mengakui kesalahannya dan bertobat. Nah kelompok munafik ini sama sekali meresa tidak pernah melakukan kesalahan.
Memecah Belah Islam dan Fanatik Golongan / Ashobiyyah
Mereka menganggap kelompok merekalah yang paling baik. Paling Islam. Paling Nyunnah. Paling Suci, dsb. Mereka merendahkan ummat Islam lainnya. Tak jarang jika bertentangan soal politik, mereka fitnah Muslim lain sebagai Munafik, Kafir, Musuh Allah, Musuh Islam, dsb. Tak peduli Ulama Al Azhar sekalipun bisa mereka lecehkan.
Ka’ab bin ‘Iyadh Ra bertanya, “Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?” Nabi Saw menjawab, “Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.” (HR. Ahmad)
Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya, bukan Islam), maka dia masuk neraka.
Dalam Islam dilarang ashobiyah/fanatisme kelompok dan membangga-banggakan kelompoknya karena Islam itu adalah satu.
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” [Al An’aam:159]