Walau sebulan sudah mereka berkumpul dan berdemonstrasi di medan-medan utama mesir: Rab’ah Adawiyah, An Nahdhah, Al Ittihadiyah, Alexandria, manshourah, sinai dan lain sebagainya. Walau ratusan sudah nyawa yang melayang saat shalat shubuh, shalat qiyam, menjelang sahur dan waktu-waktu lainnya. Dan ribuan lain yang terluka oleh peluru para tentara preman-preman bersenjata.
Walaupun sampai hari ini Mursi belum juga kembali menempati jabatan dan amanah rakyatnya sebagai presiden, bahkan tidak tahu dimana posisinya beserta istri dan anak-anaknya, malah diperpanjang penjaranya 15 hari lagi oleh pengadilan mesir dengan tuduhan menjalin komunikasi dengan Hamas di Palestina. Walaupun itu semua, tapi para pejuang kebenaran, demonstran pro Mursi telah meraih banyak sekali kemenangan pada ramadhan ini.
Kemenangan pertama adalah, mereka telah berhasil membuat bersatunya mayoritas berbagai kekuatan Islam di mesir, mengusung kepentingan bersama yang lebih besar. Mereka menjadi punya lahan latihan yang riil untuk bekerjasama dan saling menguatkan serta saling membantu.
Mereka secara bergantian tampil di panggung-panggung utama, berkolaborasi secara apik dan saling mendekatkan, menyeragamkan, menguatkan ide, gagasan, pemahaman bahkan langkah perjuangan. Dan ini merupakan kemenangan besar. Bahkan, mengatur para demonstran yang jutaan jumlahnya, mengamankan mereka dari para penyusup, mensuplai makanan untuk sahur dan berbuka, mengatur relawan dan para dokter untuk menghadapi korban tembakan, mempertahankan ruh jihad dan semangat untuk tetap tsabat di lokasi acara utk waktu yang lama dengan fasilitas sangat terbatas, memenuhi kebutuhan MCK dan lain sebagainya, itu semua adalah pekerjaan besar sekaligus berat yang telah dilaksanakan dengan baik oleh pemuda-pemuda dari berbagai gerakan, jamaah, unsur dan organisasi.
Kemenangan kedua, berhasilnya mereka membuka mata, wawasan, serta cara pandang banyak ulama, baik di dalam mesir ataupun di luar mesir, yang selama ini mungkin cendrung menutup diri, menjauh dari medan politik, relatif dianggap parsial, atau terkesan ta’ashshub golongan, dan lebih mengutamakan pengajian di masjid saja, berubah drastis menjadi ulama yang proaktif, peduli, mau bekerja sama dan bahkan mengorbankan darah dan nyawa demi eksistensi Islam di dalam kekuasaan dan pemerintahan.
Ulama-ulama senior dari kalangan salafi dan Jamaah Islamiyah yang dulunya menghindarkan diri dari panggung politik dan demokrasi, mereka hadir di tengah para demonstran memberikan suntikan semangat kepada para pemuda. Seperti: Syekh Muhammad Abdul Maqshud, Syekh Muhammad Yusri, Syekh Umar Abdul Aziz Quraisyi dan sekjen Partai Bina dan Tanmiah sayap politiknya JI serta ulama-ulama lainnya. Bahkan sebagian mereka hadir dengan istri dan anak-anak mereka.
Kemenangan ketiga adalah kemenangan dalam fiqh dakwah. Mereka mengajarkan kepada seluruh umat Islam bahwa perjuangan di negeri mayoritas muslim hanya dilakukan secara damai. Walaupun sudah ratusan nyawa melayang, mereka takkan melakukan perlawanan. Tidak akan mengangkat senjata melawan kediktatoran.
Dari panggung utama Rab’ah adawiyah mereka teriakkan dengan lantang: “Walau sampai sejuta orang yang syahid, kami tetap akan bertahan di sini sampai pemilik kebenaran dan legitimasi memperoleh haknya. Kami akan teruskan perlawanan damai”.
Ketika ada kekuatan islam di luar yang memancing mereka untuk melakukan perlawanan bersenjata karena mereka telah betul-betul terzhalimi, mereka menolaknya dengan baik. Mereka mengatakan bahwa mengangkat senjata hanya untuk orang kafir harbi, seperti di palestina, bosnia, cehnya, Afghanistan dan sejenisnya. Adapun kepada sesama muslim tak akan mengangkat senjata.
Kemenangan keempat adalah terbongkarnya kedok para pemimpin sebagian Negara arab. Ternyata mereka telah bekerjasama dengan militer untuk melakukan kudeta ini, dan berkolaborasi dengan amerika dan Israel untuk suksesnya agenda ini. Mereka kucurkan dana besar untuk membiayai kudeta ini, membayar para preman serta media.
Salah seorang raja arab adalah orang pertama yang mengucapkan selamat atas berhasilnya kudeta ini, kurang dari 24 jam setelah kudeta. Disusul oleh raja arab lainnya yang langsung mengharapkan kerjasama yang baik dengan penguasa kudeta yang baru. Bahkan menlu negara arab ini aktif di amerika mengkampanyekan dukungan dana dan sikap untuk penguasa militer di mesir. Ini memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam dalam bersikap dan memberikan loyalitas.
Kemenangan kelima adalah lahirnya generasi baru di Mesir. Setelah penembakan-penembakan yang dilakukan militer terhadap demonstran damai, muncullah generasi baru dari para pemuda yang tidak takut mati dan tidak takut ancaman. Malah mereka dengan lantang mengharapkan mati syahid, menuliskan surat wasiat untuk keluarganya, dan berdiri dengan berani sambil memegang mushaf menghadapi tentara dan preman yang memegang senjata api dan menembaknya. Kematian tidak lagi menjadi suatu yang menakutkan dan mengerikan bagi mereka bila untuk menegakkan kebenaran.
Diluar kemenangan besar di atas, sebenarnya ditembak ketika shalat shubuh, saat qiyam ramadhan, menjelang waktu sahur dipertiga malam terakhir, shalat qiyam ramadhan setiap malam dengan jutaan jamaah diiringi dengan qunut-qunut yang khusyuk, ceramah-ceramah keislaman dari para ulama, diskusi-diskusi ilmiah dan kenegaraan yang digelar dipanggung-panggung utama mereka selama ramadhan ini, merupakan kemenangan-kemengan lain yang tidak ternilai harganya.
Dalam suasana penuh tekanan ini mereka menjadi semakin dekat dengan Allah, semakin utuh tawakkal kepadaNya. Semoga kemenangan demi kemenangan akan terus hadir menghampiri mereka… dan kita umat Islam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan